Oleh : Rustam
Bugak
Era globalisasi semakin berada didepan beranda
rumah kita ditengah berbagai macam krisis yang mencuat ke permukaan, timbulnya berbagai
pergolakan perlawanan kepada Liberalisasi secara menyeluruh baik di Asia maupun
Negara – Negara lain di dunia, kehadiran
berbagai perusahaan asing yang merambah masuk tanpa kita sadari telah
menimbulkan dilema baru kehidupan bermasyarakat, apabila dikaji semula tentang
permasalahan dasar ekonomi kita, ini merupakan wujud buah kesalahan kita yang
telah meninggalkan konsep – konsep dasar ekonomi Islam yang menekankan supaya
umat Islam berusaha dengan kegigihan dan kerja keras, sistem perekonomian Islam
menekankan supaya manusia tidak mencari jalan mudah dalam mencukupi kebutuhan
hidup sehari hari, Hasrat saling berlomba – lomba untuk cepat kaya menjadikan
kita lebih terfokus pada upaya mengumpul uang secara instan dan mudah tanpa
harus bekerja keras, dampaknya yaitu timbulnya masalah baru yang bertolak
belakang dengan norma – norma agama serta adat istiadat Masyarakat kita sebagai
umat Islam, Masyarakat terpancing oleh kemewahan yang diperlihatkan oleh Negara
Barat lalu dihadirkan seseorang sebagai contoh Mentor supaya Masyarakat tergiur
dengannya. Dr Wahbah Al Zuhaili di acara International Conference Of Islamic
Scholars (ICIS) mengatakan bahwa ”gerakan
kesejahteraan umat harus didukung pengembangan dan penerapan ekonomi Islam,
karena sistem bunga bank sudah jelas riba, maka harus segera melakukan inovasi
pengembangan konsep dan aplikasi riil bank Islam, dalam upaya menopang ekonomi
dan kesejahteraan di Negeri Islam”.
Salah satu bentuk nyata dari ekonomi Negara Kapitalis
terangkum dalam perusahaan yang bergerak dibidang pemanfaatan sentralisasi jaringan
kerja terstuktur seperti bentuk piramida lalu kita bekerja untuk mereka yang
berada ditingkat paling atas, Umat Islam berada di titik kritis sebuah
peradaban dunia, bak gayung bersambut kita sedang beramai – ramai membangun
sistem peradaban hasil ciptaan Negara yang menganut sistem Kapitalis Liberal
membuat sebahagian orang terkeluar dari garis yang telah ditentukan oleh Syarak.
Fenomena yang terjadi hari ini membuat kita seharusnya berfikir betapa
globalisasi dan kebebasan telah menenggelamkan Masyarakat kedalam lubang
krusial kehidupan, Masyarakat telah meninggalkan cara – cara lama dalam mengais
rezeki, kita telah meninggalkan konsep ekonomi Islam yang berlandaskan “Rahmatan Lil’alamin” sehingga rezeki yang
kita usahakan tidak mendapat berkah dari Allah swt, Globalisasi diartikan sebagai era kebebasan
perdagangan dunia yang diinisiatif oleh Negara – Negara maju untuk meluaskan
jaringan perdagangan mereka di seluruh dunia, mereka menciptakan suatu sistem
perekonomian yang membuat Negara lemah akan bergantung pada kekuatan finansial
dan teknologi mereka, melalui mekanisme ekpor impor produk secara otomatis
mereka diuntungkan karena didukung oleh kemajuan teknologi yang dimiliki,
selain hal tersebut mereka juga dilindungi oleh peraturan perdagangan dunia
untuk bebas memasok berbagai macam produk tanpa mempertimbangkan exsitensi adat
istiadat serta budaya setempat, era pasar
bebas akan membawa dampak negatif
terhadap Umat Islam bila tidak diantisipasi dengan keteguhan iman yang kokoh,
kita sedang dihadapkan oleh sebuah sistem perekonomian yang mengetepikan halal
dan haram secara sistematis dalam berbagai topeng bisnis Negara Asing.
Apabila
dikaji semula kesiapan
Negara – Negara Islam di seluruh dunia sungguh jauh dari harapan untuk
menghadapi Era Pasar bebas, kita serba ketinggalan dari segala hal terutamanya
Sumber Daya Manusia yang tidak mendukung serta sumber
ekonomi Negara masih bergantung pada hasil alam saja, kita
tidak bisa menghasilkan alat teknologi untuk mempercepat proses hasil
pertanian, kita juga tidak mampu bersaing dengan pasar makanan berkualitas
dan halal karena minimnya
peralatan teknologi yang kita miliki, disamping
itu kurang aktifnya keterlibatan Pemerintah
dalam mendukung usaha kecil bidang
produksi, penjenamaan, hingga ekspor menyebabkan produk rakyat tidak dapat
bersaing dipasar International, itu merupakan bentuk kegagalan kita sebagai
Umat Islam di seluruh dunia.
SYUKURI HIDUP
Berpedoman
pada banyak peristiwa sejarah Umat Islam semenjak dulu sememangnya Islam
mengajarkan kita untuk menjadikan Iman
sebagai tameng untuk membentengi diri agar tidak terkeluar dari garis yang
ditentukan, pengaruh kehidupan dunia memang amat sulit untuk dihindari, namun
sempatkanlah waktu sejenak untuk bermuhasabah dan merenungkan kembali jalan –
jalan yang pernah kita lalui, bangunkan kembali paradigma dasar hidup
kita sebagai seorang Muslim sejati, sentiasalah
mengucap syukur atas apa yang telah kita miliki tanpa banyak berkeluh kesah
terhadap apa yang kita alami, Islam menuntut kita untuk sentiasa bekerja keras
dan mencari rezeki yang halal dalam kehidupan sehari – hari untuk menafkahi
keluarga dirumah walau dewasa ini begitu sulit untuk mendapatkan uang sebagai
kebutuhan mutlak manusia, namun percayalah Allah SWT telah mengatur rezeki
Manusia sebagaimana janjiNYA, namun terkadang nafsu mematahkan semangat hidup
siapapun untuk mendapatkan apa yang diridhaiNYA, Setiap momentum dalam hidup
adalah perjalanan menuju perubahan, setiap benda membunyikan perubahan, semacam
pesan khusus kepada Manusia bahwa segalanya benar – benar akan berubah berlayar
menuju akhir perjalanannya, tetapi di titik tertentu kisah kehidupan manusia
selalu ada detik – detik gentingnya, penghayatan akan hidup memberi arti begitu
luas ia punya hubungan dan fungsi beragam, tidak saja dalam pergantian
kekuasaan, perputaran kejayaan, tapi juga soal kalah dan menang, soal rugi dan
untung, soal duka di suatu hari, lalu gembira di hari yang lain, dahulu orang –
orang yang salih punya banyak cara untuk mendapatkan rezeki yang halal
sebagaimana mereka melepaskan diri dari keinginan hidup bermewahan, namun
bagaimana dengan kita,,??
Penulis merupakan Mahasiswa UNIMUS Matang
Geulumpangdua,
Jurusan Sosial dan Politik.
0 comments:
Post a Comment