Oleh : Rustam Bugak
Bugak merupakan sebuah Kemukiman yang terletak di
pedalaman Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen yang meninggalkan banyak sejarah
dan kontribusi terhadap bangsa ini, Kemukiman Bugak dikelilingi oleh beberapa
Desa yang dulunya berjumlah 15 Desa keseluruhan, karena luas wilayahnya yang besar dan atas inisiatif
beberapa tokoh Kecamatan Jangka Kemukiman
Bugak dibuatlah pemekaran dibagi dalam dua
Kemukiman yaitu Kemukiman Bugak dan Kemukiman Ulee Kuta, Kemukiman Bugak
mempunyai pusat Kemukiman yaitu Desa Bugak Krueng atau biasa disebut sebagai Bugak Keude,
Desa yang berpenduduk sekitar 500 jiwa ini dulunya adalah sebuah kota yang
ditinggali oleh para saudagar Arab India yang berdagang menyusuri Selat Malaka
sambil berdakwah membawa ajaran Islam di Nusantara, disinilah juga
dimakamkannya seorang Dermawan Arab yang dikenal sebagai Habib Bugak yang telah
mewakafkan sepetak tanah di Mekkah untuk Masyarakat Aceh sebagai tempat
penginapan di musim Haji, rata rata Masyarakat Bugak berprofesi sebagai Petani
dan pedagang membuat rutinitas Bugak terlihat sibuk dengan pekerjaan masing –
masing setiap harinya, hanya sebahagian kecil warga yang bekerja sebagai Pegawai Pemerintah
di beberapa instansi Pemerintah di Kabupaten Bireuen.
Masyarakat Bugak
sangat loyal terhadap Pendidikan
anak – anak mereka sehingga hampir rata rata keluarga di Bugak mampu memberikan pendidikan yang cukup untuk anak
mereka, dulu sampai sekarang Masyarakat Bugak sangat mengambil berat
terhadap perkembangan Pendidikan,
ini bisa dibuktikan dengan lahirnya beberapa Sekolah Pendidikan berbasis Agama
hasil Swadaya Masyarakat Bugak dengan cara memberikan
sumbangan tenaga, fikiran dan keuangan,
diantara Infrasuktur Pendidikan yang mulai
dibangun dengan sumbangan Masyarakat
Bugak yaitu lahirnya Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah serta Madrasah
Aliyah yang dulunya difasilitasi oleh Masyarakat Bugak sendiri dan tenaga
pengajarnya adalah para Mahasiswa dan
Mahasiswi Bugak yang telah mengecap Pendidikan di berbagai daerah, dahulunya
tanah – tanah yang dibangun tempat Pendidikan tersebut merupakan wakaf
Masyarakat Bugak demi kemajuan Pendidikan Islam di Aceh, seiring perkembangan
zaman dan kemajuan Aceh setelah
terjadinya bencana Tsunami, Pemerintah melalui Kementrian Agama mengambil
alih pengelolaan Madrasah – Madrasah tersebut untuk dinegerikan dan
diseragamkan dengan Pendidikan Nasional, Pergolakan politik dan bencana Tsunami
dimasa lalu tidak menyurutkan semangat Anak – Anak Bugak dalam mengecap
Pendidikan baik di Universitas Nasional maupun International, walaupun
Masyarakat Bugak rata – ratanya adalah Petani serta hidup
sederhana namun mereka lebih mementingkan Pendidikan sebagai dasar menciptakan
Insan yang berilmu pengetahuan dimasa
yang akan datang, bahkan beberapa warga rela hidup seadanya demi membiayai pendidikan anaknya.
Salah
satu Sosok sukses yang menjadi inspirator kesadaran terhadap perkembangan Pendidikan
di Bugak dan pelopor lahirnya Sekolah Madrasah Aliyah Kecamatan Jangka (SMAN I
Jangka) adalah Ansari Hasan, beliau menjadi suri teladan bagi siapapun yang
peduli terhadap Pendidikan Negeri ini, dilahirkan dari keluarga miskin serta
berlatar belakang keluarga sebagai Petani membuatnya ingin membangkitkan
kesadaran Masyarakat Bugak terhadap pendidikan sebagai asas utama menuju
kesejahteraan Masyarakat saat itu, sebagai Pemuda Desa biasa Ansari tidak luput
dari berbagai kesulitan hidup yang membuatnya terkadang harus berfikir panjang
seberapa jauh jalan yang akan ditempuhinya untuk menciptakan kesadaran betapa
pentingnya Pendidikan bagi Masyarakat Bugak, masa-masa remajanya dihabiskan untuk
meringankan beban keluarga dengan membantu kedua Orang Tuanya di sawah
disamping itu setiap paginya Ansari menghantar kue Timphan ke warung kopi Keude
Bugak sebagai pendapatan sampingan keluarganya, jalan hidupnya memang penuh lika
– liku namun itulah sosok Anshari, menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Bugak
dan dilanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Bugak kemudian menamatkan Sekolah
Menengah di SMAN I Peusangan.
Pada
tahun 1988 dalam
suasana Aceh yang masih dalam keadaan konflik serta perekonomian yang tidak
menentu Anshari Hasan nekat untuk melanjutkan Pendidikannya di perguruan tinggi
Universitas Unsyiah Banda Aceh, atas izin Orang Tuanya beliaupun berangkat
meninggalkan kedua Orang Tuanya di Kampung, sesampainya di Banda Aceh Anshari
mencari tempat tinggal sementara untuk memudahkan masa masa perkuliahannya,
dalam melalui perkuliahannya di Banda Aceh Anshari Hasan bekerja sebagai
Penjual Mie Aceh di Kutaraja sehingga mampu mencukupi biaya kuliah
dan rumah kontrakan dengan usahanya sendiri.
Hari
demi haripun berlalu meninggalkan berbagai kesulitan kehidupan ini, seperti
kata pepatah “Hujan batu di Negeri orang,,Hujan emas di Negeri sendiri,,mungkin
ada benarnya, Pada tahun 1999 setelah menamatkan masa Kuliahnya Anshari Hasan
memutuskan untuk pulang kampung halaman tercinta, pada saat itu Anshari Hasan
sangat prihatin dengan kondisi perkembangan Pendidikan di Bugak, tidak adanya
sarana Pendidikan Menengah setingkat SMA di Bugak membuat Anshari Hasan
berfikir untuk mendirikan Sekolah untuk memudahkan Anak Anak Bugak mengecap pendidikannya,
sedangkan Bugak mempunyai letak geografis sangat luas serta Penduduk yang
banyak yaitu Kemukiman Bugak sebelum dimekarkan menjadi dua Kemukiman mempunyai
15 Desa sampai pesisir berbatasan dengan lautan, sedangkan Sekolah Menengah
setingkat SMA/SMK yang ada hanya di Pusat kota Matanggeulumpang Dua dengan
jarak tempuh sekitar 7 Kilometer.
Pada
tahun 2001 Anshari
Hasan memutuskan membentuk Komite pendirian Sekolah Madrasah Aliyah Swasta
Bugak dengan dibantu beberapa Tokoh Masyarakat saat itu, Bugak juga meninggalkan sejarah Mesjid
Jamik Tua serta Pesantren tertua di Kecamatan Jangka, Mesjid dan Pesantren
tersebut terletak di tengah – tengah deretan Ruko peninggalan sejarah Desa
Bugak Krueng,
Mesjid dan Pesantren yang dinisiatif oleh seorang Alim Ulama dari Bugak Mesjid masih
berdiri megah sampai sekarang, Pesantren Darul Huda sekarang dikelola oleh
Remaja Mesjid Jamik Bugak yang dipimpin langsung oleh Mukim Kemukiman Bugak
Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen, setiap malamnya Pesantren Darul Huda Bugak
mengajarkan berbagai Pengajian Kitab Jawi dan mendidik Mental Anak Usia Dini
untuk tampil sebagai Penceramah.
Waktu dan sisa
peninggalan sejarah adalah saksi Loyalitas Masyarakat Bugak terhadap Pendidikan
Negeri ini, pengorbanan Masyarakat Bugak seakan tidak pernah habisnya demi mencerdaskan
kehidupan Bangsa, lorong – lorong kehidupan menyisakan berbagai sejarah untuk
anak – anak Bugak berpacu dengan waktu, ibarat kata pepatah Melayu” Tak lapuk de’
hujan dan Tak lekang de’ panas’’ inilah bentuk
bakti Masyarakat Bugak untuk Aceh dan
Negari ini dalam menuju singgahsana kemajuan, tentunya dengan mengedepankan aspek
Moral dan Agama sebagai dasar umat Islam dalam mendidik kader – kader Umat
Islam yang berilmu pengetahuan dimasa yang akan datang, Terimakasih Bugak..!!
0 comments:
Post a Comment