Langit hitam bumi ini memberi suatu makna bagi penghuninya, telah lama tiada kerlipan bintang terangi setiap sudut angkasa sebagai taman penghias dunia ditengah tengah katulistiwa, yang kutahu akhir akhir ini manusia sibuk mengejar namun tidak pernah sampai pada titik tujuan, kita lupa berhenti bila tiba waktunya untuk berhenti seakan sedang mengambil sebiji apel namun belum sempat menjamah buah apel pada dahan yang dekat sudah melihat apel lain pada dahan pohon yang jauh, semua kacau saat kedua buah apel berusaha untuk diraih, malang tidak dapat ditolak, untuk tak dapat dibeli keduanya jatuh menyentuh bumi, sehingga dua duanya tak dapat dibawa pulang.
Begitulah manusia hari ini, tiada resapan mendalam diantara hitam dan putih, warna tidak penting lagi pada kasat mata ketika nafsu sudah menjamah hati, bila yang tua sudah tidak bisa menjadi buah yang masak maka yang muda akan jatuh sendiri, kita berada diujung sebuah cita cita dunia saja walaupun hakikatnya kisah makhluk baru berakhir setelah timbangan sudah menerjemahkan beratnya beban dosa anak Adam, dulunya segenggam dosa merupakan beban berat yang harus dipikul sendiri namun setelah uang menjadi tradisi semuanya hilang bagai misteri.
Siapa yang pantas dijadikan sebagai pedoman hari ini, manusia seperti berjalan di lorong lorong gelap tanpa pelita, meraba raba dinding kehidupan agar menemukan jalan yang benar untuk kembali padaNYA, setiap harinya kita hanya mencari celah supaya tidak disalahkan atas apa yang terjadi pada si miskin, lalu berdalih itu hanyalah taqdir hidupnya untuk dijalani bersama anak anaknya, tidak perlu merasa sudah siap apabila bumi sudah murka, usah berlindung dibelakang topeng topeng kebaikan jika memang sudah disurahkan dosa untukmu, walaupun begitu tunggulah saatnya akan tiba ketika kebenaran tak dapat ditutup tutupi oleh gemerlapnya harta yang dibawa, sungguh waktu itu semua sudah tidak bernilai lagi bahkan hujan emaspun tidak mampu menjadi saksi pada kesalahanmu.(cas)
0 comments:
Post a Comment