Tuesday, June 9, 2015

KONTRIBUSI TOKOH MASYARAKAT BUGAK TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ACEH


Oleh : Rustam Bugak

     Bugak merupakan sebuah Kemukiman yang terletak di pedalaman Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen yang meninggalkan banyak sejarah dan kontribusi terhadap bangsa ini, Kemukiman Bugak dikelilingi oleh beberapa Desa yang dulunya berjumlah 15 Desa keseluruhan, karena luas wilayahnya yang besar dan atas inisiatif beberapa tokoh Kecamatan Jangka Kemukiman  Bugak dibuatlah pemekaran dibagi dalam dua Kemukiman yaitu Kemukiman Bugak dan Kemukiman Ulee Kuta, Kemukiman Bugak mempunyai pusat Kemukiman yaitu Desa Bugak Krueng atau biasa disebut sebagai Bugak Keude, Desa yang berpenduduk sekitar 500 jiwa ini dulunya adalah sebuah kota yang ditinggali oleh para saudagar Arab India yang berdagang menyusuri Selat Malaka sambil berdakwah membawa ajaran Islam di Nusantara, disinilah juga dimakamkannya seorang Dermawan Arab yang dikenal sebagai Habib Bugak yang telah mewakafkan sepetak tanah di Mekkah untuk Masyarakat Aceh sebagai tempat penginapan di musim Haji, rata rata Masyarakat Bugak berprofesi sebagai Petani dan pedagang membuat rutinitas Bugak terlihat sibuk dengan pekerjaan masing – masing setiap harinya, hanya sebahagian kecil warga yang bekerja sebagai Pegawai Pemerintah di beberapa instansi Pemerintah di Kabupaten Bireuen.
Masyarakat Bugak sangat loyal terhadap Pendidikan anak – anak mereka sehingga hampir rata rata keluarga di Bugak mampu memberikan pendidikan yang cukup untuk anak mereka, dulu sampai sekarang Masyarakat Bugak sangat mengambil berat terhadap perkembangan Pendidikan, ini bisa dibuktikan dengan lahirnya beberapa Sekolah Pendidikan berbasis Agama hasil Swadaya Masyarakat Bugak dengan cara memberikan sumbangan tenaga, fikiran dan keuangan, diantara Infrasuktur Pendidikan yang mulai dibangun dengan  sumbangan Masyarakat Bugak yaitu lahirnya Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah serta Madrasah Aliyah yang dulunya difasilitasi oleh Masyarakat Bugak sendiri dan tenaga pengajarnya adalah para Mahasiswa dan Mahasiswi Bugak yang telah mengecap Pendidikan di berbagai daerah, dahulunya tanah – tanah yang dibangun tempat Pendidikan tersebut merupakan wakaf Masyarakat Bugak demi kemajuan Pendidikan Islam di Aceh, seiring perkembangan zaman dan kemajuan Aceh setelah terjadinya bencana Tsunami, Pemerintah melalui Kementrian Agama mengambil alih pengelolaan Madrasah – Madrasah tersebut untuk dinegerikan dan diseragamkan dengan Pendidikan Nasional, Pergolakan politik dan bencana Tsunami dimasa lalu tidak menyurutkan semangat Anak – Anak Bugak dalam mengecap Pendidikan baik di Universitas Nasional maupun International, walaupun Masyarakat Bugak  rata – ratanya adalah Petani serta hidup sederhana namun mereka lebih mementingkan Pendidikan sebagai dasar menciptakan Insan yang berilmu pengetahuan dimasa yang akan datang, bahkan beberapa warga rela hidup seadanya demi membiayai pendidikan anaknya.
Salah satu Sosok sukses yang menjadi inspirator kesadaran terhadap perkembangan Pendidikan di Bugak dan pelopor lahirnya Sekolah Madrasah Aliyah Kecamatan Jangka (SMAN I Jangka) adalah Ansari Hasan, beliau menjadi suri teladan bagi siapapun yang peduli terhadap Pendidikan Negeri ini, dilahirkan dari keluarga miskin serta berlatar belakang keluarga sebagai Petani membuatnya ingin membangkitkan kesadaran Masyarakat Bugak terhadap pendidikan sebagai asas utama menuju kesejahteraan Masyarakat saat itu, sebagai Pemuda Desa biasa Ansari tidak luput dari berbagai kesulitan hidup yang membuatnya terkadang harus berfikir panjang seberapa jauh jalan yang akan ditempuhinya untuk menciptakan kesadaran betapa pentingnya Pendidikan bagi Masyarakat Bugak, masa-masa remajanya dihabiskan untuk meringankan beban keluarga dengan membantu kedua Orang Tuanya di sawah disamping itu setiap paginya Ansari menghantar kue Timphan ke warung kopi Keude Bugak sebagai pendapatan sampingan keluarganya, jalan hidupnya memang penuh  lika – liku namun itulah sosok Anshari, menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Bugak dan dilanjutkan di Madrasah Tsanawiyah Bugak kemudian menamatkan Sekolah Menengah di SMAN I Peusangan.
Pada tahun 1988 dalam suasana Aceh yang masih dalam keadaan konflik serta perekonomian yang tidak menentu Anshari Hasan nekat untuk melanjutkan Pendidikannya di perguruan tinggi Universitas Unsyiah Banda Aceh, atas izin Orang Tuanya beliaupun berangkat meninggalkan kedua Orang Tuanya di Kampung, sesampainya di Banda Aceh Anshari mencari tempat tinggal sementara untuk memudahkan masa masa perkuliahannya, dalam melalui perkuliahannya di Banda Aceh Anshari Hasan bekerja sebagai Penjual Mie Aceh di Kutaraja sehingga mampu mencukupi biaya kuliah dan rumah kontrakan dengan usahanya sendiri.
Hari demi haripun berlalu meninggalkan berbagai kesulitan kehidupan ini, seperti kata pepatah “Hujan batu di Negeri orang,,Hujan emas di Negeri sendiri,,mungkin ada benarnya, Pada tahun 1999 setelah menamatkan masa Kuliahnya Anshari Hasan memutuskan untuk pulang kampung halaman tercinta, pada saat itu Anshari Hasan sangat prihatin dengan kondisi perkembangan Pendidikan di Bugak, tidak adanya sarana Pendidikan Menengah setingkat SMA di Bugak membuat Anshari Hasan berfikir untuk mendirikan Sekolah untuk memudahkan Anak Anak Bugak mengecap pendidikannya, sedangkan Bugak mempunyai letak geografis sangat luas serta Penduduk yang banyak yaitu Kemukiman Bugak sebelum dimekarkan menjadi dua Kemukiman mempunyai 15 Desa sampai pesisir berbatasan dengan lautan, sedangkan Sekolah Menengah setingkat SMA/SMK yang ada hanya di Pusat kota Matanggeulumpang Dua dengan jarak tempuh sekitar 7 Kilometer.
Pada tahun 2001 Anshari Hasan memutuskan membentuk Komite pendirian Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Bugak dengan dibantu beberapa Tokoh Masyarakat saat itu,  Bugak juga meninggalkan sejarah Mesjid Jamik Tua serta Pesantren tertua di Kecamatan Jangka, Mesjid dan Pesantren tersebut terletak di tengah – tengah deretan Ruko peninggalan sejarah Desa Bugak Krueng, Mesjid dan Pesantren yang dinisiatif oleh seorang Alim Ulama dari Bugak Mesjid masih berdiri megah sampai sekarang, Pesantren Darul Huda sekarang dikelola oleh Remaja Mesjid Jamik Bugak yang dipimpin langsung oleh Mukim Kemukiman Bugak Kecamatan Jangka Kabupaten Bireuen, setiap malamnya Pesantren Darul Huda Bugak mengajarkan berbagai Pengajian Kitab Jawi dan mendidik Mental Anak Usia Dini untuk tampil sebagai Penceramah.

Waktu dan sisa peninggalan sejarah adalah saksi Loyalitas Masyarakat Bugak terhadap Pendidikan Negeri ini, pengorbanan Masyarakat Bugak seakan tidak pernah habisnya demi mencerdaskan kehidupan Bangsa, lorong – lorong kehidupan menyisakan berbagai sejarah untuk anak – anak Bugak berpacu dengan waktu, ibarat kata pepatah Melayu” Tak lapuk  de’ hujan dan Tak lekang de’ panas’’ inilah bentuk bakti Masyarakat Bugak untuk Aceh dan Negari ini dalam menuju singgahsana kemajuan, tentunya dengan mengedepankan aspek Moral dan Agama sebagai dasar umat Islam dalam mendidik kader – kader Umat Islam yang berilmu pengetahuan dimasa yang akan datang, Terimakasih Bugak..!!

0 comments:

Post a Comment