Sunday, April 1, 2012

POLITIK UANG dan PILKADA

 Suara orang bertengkar terdengar memecahkan suasana siang di sebuah warkop di keude Bugak , dari jauh terlihat tgk Kaoy bersama beberapa orang lainnya duduk di meja depan warung kopi Bang Saiful , tgk Kaoy  berdiri sambil menunjuk nunjuk seperti seorang aktivis yang sedang berorasi di depan Apa Raman dan warga desa lainnya seakan suasana sudah semakin memanas . Mendengar perdebatan yang semakin seru penulis coba mendekat dengan warung kopi tersebut untuk mencuri dengar apa yang menjadi punca pertengkaran itu , sambil menarik sebatang rokok sejenak penulis mendengar tgk Kaoy menyebut nama salah satu kandidat yang bertanding dalam rangka pemilihan calon Bupati Bireuen untuk lima tahun kedepan , keributan tersebut telah mengundang banyak warga untuk melihat secara dekat apa gerangan yang terjadi dengan tgk Kaoy dan Apa Raman sehingga mereka bertengkar , padahal mereka sama sama berprofesi sebagai petani yang penghasilan seharian mereka sangat rendah dibanding warga lain di desa tersebut .
Tgk Kaoy memukul meja lalu berkata “ Pue peugah haba pileh nyoe pileh jeh.., meu kupi saboeh glah hana meuteumee rasa lom..,asai na peng kupi beurangkasoe kupileh..,, cetus tgk Kaoy dengan nada kesal.
 Apa yang lebih menarik dari perdebatan tersebut adalah bila kita melihat dari sisi kepentingan antara tgk Kaoy dan Apa Raman , tgk Kaoy beranggapan siapapun yang terpilih dalam pemilihan calon Bupati yang akan datang tidak akan memberi manfaat padanya terkecuali memanfaatkan moment moment saat kampaye para kandidat yang akan bertanding dan oleh karena itu beliau lebih memilih salah satu kandidat calon yang sering membagi bagikan uang minum untuk warga yang mau mendukungnya . sementara Apa Raman berpendapat siapapun yang akan terpilih nanti maka akan sangat berpengaruh pada masa depan dirinya dan kabupaten Bireuen oleh karena itu Apa Raman benar benar bijak dan hati hati dalam menentukan siapa yang harus dipilih untuk memimpin daerahnya dimasa yang akan datang supaya negeri ini tidak berulang kali dilanda masalah yang sama .
 Sebenarnya pilkada bukan saja perkara uang dan fanatisme pendukung pada kandidat yang akan bertanding menjadi pemimpin sebuah daerah , namun pilkada juga menyangkut nasib masyarakat serta daerah untuk lima tahun mendatang karena siapapun yang terpilih nanti akan sangat berpengaruh kepada kelanjutan pembangunan daerah setempat , jadi bila dalam pilkada kali ini masyarakat terpengaruh oleh politik uang maka dapat dipastikan masyarakat akan dirugikan untuk lima tahun masa kepemimpinan kandidat yang akan terpilih tersebut . sudah tentunya siapapun yang banyak mengeluarkan biaya untuk pemenangan kandidat calon bupati akan berusaha mendapatkan kembali uang yang telah banyak mereka keluarkan dalam masa masa kampaye yang lalu .
 Politik uang bukanlah perkara baru dalam dunia perpolitikan nasional , fenomena politik uang bahkan sudah menjadi rahasia umum di Negara ini yang manyoritas masyarakatnya memang masih hidup dibawah garis kemiskinan sehingga masyarakat begitu mudah terpengaruh bila disodorkan sejumlah uang untuk memilih salah satu pemimpin yang ikut bertanding untuk mendapatkan tempat tempat penting dalam pemerintahan , sungguh sangat disayangkan bila suara rakyat dijadikan sebagai tangga untuk mendapatkan kepentingan pribadi oleh segelintir elit politik kita .moral para elit elit politik negeri ini semakin terpuruk saja karena segala galanya begitu mudah hanya dengan mengeluarkan sedikit uang dan ini bisa menjadi malapetaka yang akan membuat negeri ini semakin jauh dari harapan harapan pembangunan sebuah daerah yang maju dari bidang ekonomi serta kesejahteraan masyarakat , apa yang kita sesalkan adalah apabila pesta demokrasi yang akan kita selenggarakan bisa memicu konflik di masyarakat kecil karena perselisihan para calon calon pemimpin untuk memperebutkan sebuah jabatan penting di daerah .
 Di era pemilihan calon kepala daerah dan pemilihan calon bupati hari ini seharusnya masyarakat sudah lebih bijak menilai serta mencermati siapa yang benar benar bisa merealisasikan keinginan rakyat agar nanti tidak timbul penyesalan karena telah salah memilih pemimpin akibat lebih memilih keuntungan sementara , bila ini terjadi maka tiada gunanya lagi masyarakat menyesal karena masyarakat harus menunggu lima tahun lagi untuk ikut ambil andil dalam pesta demokrasi seperti hari ini . Bila dilihat sekilas situasi politik di aceh saat ini sepertinya terlalu banyak yang bermain menjual nama rakyat untuk mencapai kepentingan pribadi dan kelompoknya masing masing , realitanya masyarakat semakin terjepit ekonominya akibat ulah oknum oknum pejabat di daerah yang tidak bertanggung jawab menggelapkan uang rakyat untuk membangun istana dan mobil mewah , apa yang kita harapkan semoga siapupun kandidat yang terpilih pada pilkada kali ini supaya ada perubahan baik dari system pemerintahan maupun pada aparatur pemerintahannya di daerah daerah .
 Walaupun masyarakat sudah merasa bosan untuk memilih pemimpin yang benar benar memperjuangkan nasib rakyat namun tidak seharusnya kita harus berputus asa bahwa apa yang menjadi pilihan masyarakat hari ini akan lebih baik dari sebelumnya dan kita harus mengirinya dengan usaha dan doa serta bijak dalam menilai siapa yang yang lebih mempunyai nilai nilai agama serta moralitas yang tinggi untuk memimpin daerah ini di waktu yang akan datang , apa yang menjadi kekhawatiran kita adalah apabila masyarakat terbawa dalam situasi politik dimana uang menjadi penukar kepada pemimpin yang lebih memperhatikan nasib rakyat namun tidak mampu memberi lebih kepada masyarakat saat berkampaye hari ini , kiranya budaya politik yang seperti tgk Kaoy terapkan bukanlah satu contoh yang baik bagi masyarakat yang lebih berilmu bermartabat dalam mencari nilai nilai demokrasi dalam berpolitik .


0 comments:

Post a Comment