Wednesday, May 23, 2012

PENTINGNYA ALIH FUNGSI KILANG ARUN UNTUK MENGGERAKKAN EKONOMI DAERAH

 Selama beberapa dasawarsa yang lalu Lhokseumawe tidaklah begitu tersentuh oleh pembangunan serta kemajuan seperti yang kita lihat hari ini, dahulunya Lhokseumawe hanyalah sebuah kota kecil di pinggiran pantai yang diduduki oleh para nelayan nelayan tradisional, namun situasi hari ini sungguh sudah berbeda, Lhokseumawe sekarang sudah menjadi sebuah kota megah dan maju, dimana gedung gedung bertingkat telah dibangun di sepanjang jalan kota dan sekitarnya bahkan mendapat julukan sebagai kota Petrodolar. Tentunya bukanlah mudah menyulap sebuah kota kecil menjadi kota yang maju dan aktifitas masyarakatnya terlihat sibuk setiap hari, semua itu dimulai pada tahun 1980 apabila sebuah perusahaan explorasi minyak dan gas mendapati kandungan gas serta minyak mentah dibawah permukaan laut Lhokseumawe dan sekitarnya, saat itu menjadi detik detik permulaan kebangkitan perekonomian Aceh dan Lhokseumawe khususnya. Lebih dari 7.000 tenaga kerja sudah tertampung di Kilang Arun, baik dari tenaga kontrakan maupun pegawai tetap, Ini menunjukkan bahwa dengan dibukanya Kilang Arun telah membantu pemerintah dalam usaha mengurangi angka pengangguran di negeri ini.
kontribusi Kilang Arun terhadap perkembangan perekonomian Aceh cukup besar sehingga pada saat itu terkenal sebagai salah satu daerah penyuplai minyak dan gas dunia, Semenjak itu banyak pendatang luar yang datang mengadu nasib ke Lhokseumawe. Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya tensi politik dan sosial negeri ini, Kilang Arun juga terikut menerima dampak rentetan konflik yang terjadi, Bahkan menjadi sebuah sumber konflik antara pemerintah pusat dan daerah mengenai pembagian hak pendapatan dari hasil kekayaan bumi yang diolah oleh Kilang Arun. Namun waktu terus berjalan meninggalkan sejarah kehidupan manusia, tidak terasa saat saat berakhirnya produktifitas pertambangan di Kilang Arun sudah didepan mata, ribuan orang yang dulunya pernah bekerja di kilang Arun terancam menjadi pengangguran, banyak pihak khawatir apabila Kilang Arun berhenti beroperasi maka akan berdampak pada perekonomian Aceh kedepan, sungguh ini akan menjadi masalah yang besar terhadap pembangunan dan perekonomian pemerintah Aceh dan Lhokseumawe akan menjadi kota mati dengan sisa sisa peninggalan industri yang terbuang, kiranya pemerintah Aceh tidak tinggal diam dengan dampak yang diakibatkan karena penutupan Kilang Arun. Beberapa waktu yang lalu wakil gubernur Aceh Muhammad nazar pernah mencadangkan kepada pemerintah pusat dalam kunjungan kerjanya ke Jakarta agar sisa dari peninggalan Kilang Arun bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan perekonomian daerah setempat, beliau mencadangkan agar Lhokseumawe dijadikan sebagai daerah transit minyak sementara, disamping bisa menghemat biaya untuk membangun tempat penyimpanan minyak yang baru, pemerintah pusat juga akan tidak perlu bersusah payah lagi untuk mencari peralatan yang diperlukan sebagai tempat penyimpanan minyak, karena di Kilang Arun sudah tersedia semua peralatan peralatan yang diperlukan untuk proses dan cara cara penyimpanan minyak. Disamping itu daerah juga akan sedikit diringankan oleh beban perekonomian masyarakat yang semakin sulit mencari pekerjaan, terutama masyarakat yang dulunya pernah bekerja di Kilang Arun tentunya skill dan SDM mereka bisa dimanfaatkan kembali untuk bekerja di tempat penyimpanan minyak tersebut, dan ini bisa menjadi terobosan yang bagus untuk daerah Lhokseumawe dan sekitarnya, kita harap rencana ini mendapatkan dukungan penuh dari pemda setempat dan masyarakat agar Lhokseumawe tidak sampai menjadi kota mati sisa peninggalan industri.

Dengan terealisasinya program tersebut, Inyaallah masyarakat disekitar Kilang Arun akan tetap mendapatkan manfaat dari alih fungsi Kilang Arun dan yang lebih penting daerah tidak dirugikan karena adanya pengalihan tersebut. Letak strategis Kilang Arun yang berada di pinggiran pantai mungkin saja akan bisa menarik minat turis lokal untuk mencari ketenangan disini, apalagi bila lokasi sedia ada digunakan sebagai tempat pemeliharaan penyu seperti di daerah Terengganu Malaysia, tentunya rencana ini membutuhkan perancangan yang matang dari Pemda agar tidak dimanfaatkan oleh pihak - pihak lain untuk meraup keuntungan pribadi. Akhir kata penulis nukilkan sebait sajak yang berjudul “Kotaku” Biarkan lampu lampu itu bergemerlapan karena disitu nampak kehidupan…. biarkan angin menderu di tujuh lautan karena mungkin suatu saat dia akan singgah di sudut kota kehidupan.

0 comments:

Post a Comment