Oleh: Rustam Bugak
Hidup memang tidak bisa ditebak, terkadang
perhentian sebuah kisah bukanlah akhir suatu cerita, rentetan peristiwa yang
terjadi pada seseorang merupakan pelajaran yang mendidik kita supaya lebih
memahami apapun yang sedang terjadi saat ini. Inilah jalur kehidupan dimana
kelembutan tidak akan selalu dikatakan baik, sementara diam tidak akan selalu
bisa berbuah emas seperti yang dikatakan dalam kata pepatah. Apresiasi kita
ucapkan kepada para pahlawan sosial yang bertungkus lumus memberi tanpa
mengharap imbalan dan melihat dengan kacamata kemanusiaan.
Manusia
hidup dalam berbagai peringkat yang memisahkan antara si miskin dan si kaya, si
kurang mampu dan si sempurna, si alim dan si buta ilmu serta berbagai macam
bentuk pemisahan lainnya yang menyebabkan manusia lupa darimana dia berasal dan
kemana dia akan pergi, disaat semua orang sedang terlena akan kemasyuran maka
orang itu sedang menuju lubang kehancuran, dimana sedikit demi sedikit apa yang
mereka miliki akan hilang karena keangkuhan, keegoan serta kesombongan sehingga
mereka kehilangan anugerah kasih sayang dalam bentuk rasa dihati yang telah
Allah tetapkan.
Hari
ini manusia telah dibutakan oleh apa yang telah mereka miliki, hanya
orang-orang masih dikaruniai rasa yang dapat melihat dan mereka itu adalah si
pemilik hati yang bersih. hati merupakan penyuluh kebenaran dalam kegelapan
menuju puncak kemenangan, saya nukilkan kebersihan hati dalam sebait sajak..
NurMuhammad adalah penerang,, Ketika wajah wajah lesu dunia
memerangkap.,Sekian lama jiwa diasuh oleh hawa member,,Namun tiada kepuasan jua
ditemui,Harta hanya sementara saja.. Makan tidak memberiku
kekenyangan ,,Minum tidak membuatku hilang dahaga,, Semenjak
Nur Muhammad hilang dalam raga ini,,
Kepuasan hanyalah angan – angan yang tidak
pernah kesampaian pada cucu Adam, karena puncak kepuasan sebenarnya adalah
hanya berada di SyurgaNYA, dunia fana ini mempunyai awal dan akhir yang harus
dijalani seperti apa yang telah ditetapkan, itulah taqdir manusia sebagai
makhluk yang berasal dari Syurga, oleh demikian kesombongan bukanlah milik kita
namun kesombongan itu merupakan selendangNYA, hakikatnya apa yang ada di dunia
fana akan menjadi debu pada waktu yang telah ditetapkan.
0 comments:
Post a Comment