Tuesday, September 10, 2013

SI PEMILIK HATI


Oleh: Rustam Bugak  
 Hidup memang tidak bisa ditebak, terkadang perhentian sebuah kisah bukanlah akhir suatu cerita, rentetan peristiwa yang terjadi pada seseorang merupakan pelajaran yang mendidik kita supaya lebih memahami apapun yang sedang terjadi saat ini. Inilah jalur kehidupan dimana kelembutan tidak akan selalu dikatakan baik, sementara diam tidak akan selalu bisa berbuah emas seperti yang dikatakan dalam kata pepatah. Apresiasi kita ucapkan kepada para pahlawan sosial yang  bertungkus lumus memberi tanpa mengharap imbalan dan melihat dengan kacamata kemanusiaan.
Manusia hidup dalam berbagai peringkat yang memisahkan antara si miskin dan si kaya, si kurang mampu dan si sempurna, si alim dan si buta ilmu serta berbagai macam bentuk pemisahan lainnya yang menyebabkan manusia lupa darimana dia berasal dan kemana dia akan pergi, disaat semua orang sedang terlena akan kemasyuran maka orang itu sedang menuju lubang kehancuran, dimana sedikit demi sedikit apa yang mereka miliki akan hilang karena keangkuhan, keegoan serta kesombongan sehingga mereka kehilangan anugerah kasih sayang dalam bentuk rasa dihati yang telah Allah tetapkan.
Hari ini manusia telah dibutakan oleh apa yang telah mereka miliki, hanya orang-orang masih dikaruniai rasa yang dapat melihat dan mereka itu adalah si pemilik hati yang bersih. hati merupakan penyuluh kebenaran dalam kegelapan menuju puncak kemenangan, saya nukilkan kebersihan hati dalam sebait sajak..
          NurMuhammad adalah penerang,,Ketika wajah wajah lesu dunia memerangkap.,Sekian lama jiwa diasuh oleh hawa member,,Namun tiada kepuasan jua ditemui,Harta hanya sementara saja..Makan tidak memberiku kekenyangan,,Minum tidak membuatku hilang dahaga,,Semenjak Nur Muhammad hilang dalam raga ini,,
 Kepuasan hanyalah angan – angan yang tidak pernah kesampaian pada cucu Adam, karena puncak kepuasan sebenarnya adalah hanya berada di SyurgaNYA, dunia fana ini mempunyai awal dan akhir yang harus dijalani seperti apa yang telah ditetapkan, itulah taqdir manusia sebagai makhluk yang berasal dari Syurga, oleh demikian kesombongan bukanlah milik kita namun kesombongan itu merupakan selendangNYA, hakikatnya apa yang ada di dunia fana akan menjadi debu pada waktu yang telah ditetapkan.


0 comments:

Post a Comment