Monday, December 24, 2012

ACEH KORBAN” DEVIDE ET EMPERA “MODEREN..??


Oleh: Rustam Bugak
 Melihat dari kondisi Aceh hari ini penulis ikut merasa prihatin dengan timbulnya beberapa demontrasi yang menuntut supaya diadakan pemekaran di Provinsi Aceh, beberapa tahun lalu Aceh dilanda konflik senjata berpanjangan yang menyebabkan banyak jatuhnya korban yang tidak berdosa, setelah sekian lama kita sama sama menanggung beban akibat konflik, lalu Aceh diterjang dengan  musibah besar tsunami yang hampir menenggelamkan bumi tercinta ini, namun hari ini setelah semua itu berlalu kenapakah ada sebahagian saudara kita yang sampai menuntut untuk berpisah dengan Provinsi Aceh..??
          Penulis jadi teringat sejarah penjajahan Belanda di Nusantara yang telah lama menggunakan tehnik politik pecah belah (devide et empera ), mengikut pada slogan Devide Et Empera bahwa setiap yang besar harus dikecilkan yaitu supaya kekuatan yang besar akan mudah ditaklukkan, maka yang harus dilakukan adalah memperkecil kekuatan tersebut dengan memecah mereka kedalam beberapa bagian terkecil, devide et empera adalah kombinasi dari strategi militer, politik dan Ekonomi untuk menaklukkan suatu kelompok dengan cara membuat kekacauan dari dalam, dan tentunya harus mempunyai faktor pendukung dari dalam kelompok yang akan dihancurkan, sewaktu Belanda menjajah Nusantara merekapun berfikir bagaimana mereka harus memecah beberapa Organisasi besar di Indonesia yang membuat perlawanan kepada Kolonial sedangkan untuk menjalankan misi mereka diperlukan factor factor pendukung dari dalam organisasi tersebut, Belanda bukanlah Bangsa yang tidak tahu apa apa, lalu mereka membuat beberapa pendekatan terhadap orang orang yang mau bekerjasama dengan Kolonial, bagi mereka yang mau bekerjasama akan dipromosi dengan Jabatan di Pemerintahan boneka Belanda , lalu mereka baru bisa lebih mudah untuk menciptakan permusuhan dan ketidakpercayaan  dalam masyarakat.
          Bila kita melihat kondisi Aceh hari ini maka kita akan lebih banyak melihat persamaan seperti yang Belanda ciptakan di Nusantara tempo dulu, dan sepertinya ada yang sedang bermain untuk menciptakan kekisruhan di Aceh, apa yang ditakutkan memang sudah tiba saatnya terjadi yaitu dengan lahirnya Qanun WaliNanggroe serta Qanun Qanun yang akan lebih membangkitkan kembali jati diri bangsa ini setelah terkubur sekian lama akibat krisis moral serta krisis sosial di Bumi Serambi Mekah menjadi alasan yang hangat untuk dijadikan bara api oleh pihak pihak yang tidak berpuas hati terhadap niat baik Pemerintah Aceh, tanah Aceh bukanlah milik siapa siapa  juga bukanlah milik kelompok, namun tanah Aceh adalah milik masyarakat Aceh yang telah lama menanggung derita akibat konflik yang berpanjangan, dimulai dari masa Pemerintahan PresidenSukarno, DOM dimasa Pemerintahan Suharto serta konflik senjata antara Pemerintah dan GAM  hingga tanah ini disirami oleh bencana tsunami yang maha dahsyat, apakah itu belum cukup..??
          Hari ini disaat masyarakat mulai mengecapi indahnya damai masih ada juga orang orang yang sedang berusaha merusakkan kedamaian ini dengan memprovokasi masyarakat supaya Aceh ini dimekarkan saja, jelas ini suatu tindakan yang ceroboh dari segelintir orang yang tidak ingin melihat masyarakat Aceh menikmati kesenangan di tanahnya sendiri, tiada hak untuk siapapun yang tinggal di Aceh untuk memisah misahkan Aceh menjadi beberapa bahagian seperti yang mereka inginkan, mereka bisa saja tinggal dan hidup di bumi Serambi Mekah akan tetapi mereka tidak berhak mengambil tanah ini untuk diberikan nama yang lain, kenapa sewaktu Aceh dilanda konflik dulu mereka tidak menuntut pemekaran..??  Kenapa hari ini disaat masyarakat Aceh baru mau menikmati kemenangan sudah ada suara yang meminta pemekaran Aceh..??
          DevideEt Empera bisa saja memporak porandakan orang orang yang tinggal di Aceh, namun tidak untuk tanah ini, Belanda mungkin saja telah banyak berhasil mengimplementasikan teori pecah belah terhadap banyak Negara jajahannya, namun tidak untuk kami disini yang mempunyai tali darah yang sama, sejarah yang sama, kekayaan budaya yang sama walaupun berbeda latar belakang diantara kami, hakikatnya tiada perbedaan antara Aceh Antara dan Aceh pesisir, yang ada hanyalah kami belum cukup menikmati kedamaian ini.
         


0 comments:

Post a Comment